GERAKAN SEKOLAH TANPA BATAS SEBAGAI WADAH PEMBELAJARAN BAGI LANSIA
GERAKAN SEKOLAH TANPA
BATAS SEBAGAI WADAH PEMBELAJARAN BAGI LANSIA
Yulia Triana Ratnasari
Jurusan
Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Abstrak:
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ada banyak
hal yang masih perlu mendapat sorotan yaitu salah satunya mengenai konsep
pendidikan usia lanjut. Pendidikan usia lanjut tidak kalah penting dengan
pendidikan siswa di sekolah karena masih banyak kaum lanjut usia yang
memerlukan pendidikan, baik pendidikan informal maupun nonformal misalnya dalam
bentuk ketrampilan, kursus- kursus, penataran dan sebagainya. Masalahnya yang
sering muncul adalah bagaimana kiat dan strategi membelajarkan kaum lanjut usia
yang nota bene tidak menduduki bangku sekolah. Pendidikan usia lanjut merupakan
sebuah rangkaian proses pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar
usia lanjut yang meliputi: (a) pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki
warga belajar (usia lanjut); (b) penguasaan varian-varian pengalaman belajar
yang telah dimiliki; (c) landasan belajar bagi usia lanjut; dan (d) gaya
belajar dan usia lanjut. Rancangan gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah pembelajaran bagi lansia meliputi: 1) tujuan
gerakan sekolah tanpa batas; 2) sasaran gerakan sekolah tanpa batas; 3)
sumber belajar; dan 4) jadwal kegiatan pembelajaran
sekolah tanpa batas. Implementasi gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah
pembelajaran bagi lansia akan dijabarkan tentang 1) metode dan teknik
pembelajaran dan 2) implementasi terhadap pembelajaran lansia.
Kata Kunci:
Pendidikan usia lanjut,
pembelajaran lansia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa lanjut usia merupakan
suatu proses alami dimana seseorang sudah melewati tiga tahap sebelumnya, yaitu
masa kanak-kanak, remaja, maupun dewasa. Memasuki lansia, seseorang secara
ilmiah mengalami penurunan secara fisiologis, seperti kulit mengendur,
pergerakan lambat, ataupun postur tubuh yang tidak lagi proposional sehingga
hal tersebut bisa berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Usia lanjut
merupakan periode akhir kehidupan yang identik dengan perubahan yang bersifat
menurun dan merupakan masa kritis untuk mengevaluasi kesuksesan dan kegagalan
seseorang menghadapi masa kini dan masa depan.
Pendidikan usia lanjut merupakan sebuah
rangkaian proses pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar usia
lanjut yang meliputi: 1. Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki oleh
warga belajar (usia lanjut), 2. Penguasaan varian-varian pengalaman belajar
yang telah dimiliki, 3. Landasan belajar yang harus dimiliki oleh warga belajar
(usia lanjut), 4. Gaya belajar dan usia lanjut, 5. Materi yang cocok dipelajari
oleh usia lanjut, 6. Metode dan strategi pembelajaran bagi usia lanjut, dan 7.
Evaluasi pembelajaran bagi usia lanjut. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa
dalam pendidikan terdapat tiga dimensi pokok, yaitu: pembelajaran, latihan, dan
bimbingan. Selain itu, dalam pendidikan usia lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: 1. Karakteristik, 2. Pendekatan, 3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses pembelajaran, dan 4. Konsep pembelajaran bagi usia
lanjut.
Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang pentingnya gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah pembelajaran bagi lansia?
2.
Bagaimana
rancangan gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah pembelajaran bagi lansia?
3. Bagaimana gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah
pembelajaran bagi lansia diimplementasikan?
Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang pentingnya gerakan
sekolah tanpa batas sebagai wadah pembelajaran bagi lansia.
2. Untuk
mengetahui rancangan gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah pembelajaran bagi lansia.
3. Untuk
mengetahui gerakan sekolah tanpa batas sebagai wadah
pembelajaran bagi lansia diimplementasikan.
PEMBAHASAN
Latar Belakang Pentingnya Gerakan Sekolah Tanpa Batas Sebagai Wadah Pembelajaran Bagi Lansia
Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting dalam mencerdasakan manusia sehingga keberhasilan suatu bangsa di era
modern seperti ini selalu di imbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing di bidangnya. seperti dijelaskan dalam Undang –Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan usaha belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, ada banyak hal yang masih perlu mendapat sorotan
yaitu salah satunya mengenai konsep pendidikan usia lanjut. Pendidikan usia
lanjut tidak kalah penting dengan pendidikan siswa di sekolah karena masih
banyak kaum lanjut usia yang memerlukan pendidikan, baik pendidikan informal
maupun nonformal misalnya dalam bentuk ketrampilan, kursus- kursus, penataran
dan sebagainya. Masalahnya yang sering muncul adalah bagaimana kiat dan
strategi membelajarkan kaum lanjut usia yang nota bene tidak menduduki bangku
sekolah. Secara pskologis kaum lansia sebagai siswa dalam kegiatan belajar
tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk
dibangku sekolah. Kaum lansia tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan
konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa
kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan
psikologi kaum lansia sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri,
bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Sehingga bila kaum
lansia menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya
sendiri, maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang.
UNESCO dengan Komisi Edgar Faure telah
berhasil meletakkan asas pendidikan yang fundamental dan berlaku untuk
penyelenggaraan pendidikan, yakni asas pendidikan seumur hidup/life long
education (Soelaiman Joesoef,2004:39). Asas pendidikan seumur hidup menjelaskan
bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan untuk belajar tanpa adanya
batasan usia. Individu usia dini hingga lanjut usia berhak mendapatkan
kesempatan untuk belajar. Asas pendidikan sepanjang hayat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat bahwa pendidikan tidak dibatasi hingga usai
tertentu. Asas pendidikan sepanjang hayat memberikan dampak dengan berbagai
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang diarahkan bagi pendidikan anak, remaja,
orang dewasa dan orang tua baik bagi mereka yang sudah bekerja maupun belum
bekerja.
Pendidikan bagi orang dewasa dan usia
lanjut jelas berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak. Hal tersebut terlihat
dari materi pendidikan yang berbeda, kurikulum yang digunakan, karakteristik
dari warga belajarnya (orang dewasa dan usia lanjut), dan tujuan dari pemberian
pendidikan baik bagi orang dewasa dan usia lanjut. Perlu dipahami apa pendorong
bagi orang dewasa dan usia lanjut untuk belajar, apa hambatan yang dialaminya,
apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar dengan baik dan sebagainya. Pendidikan
usia lanjut merupakan sebuah rangkaian proses pembelajaran, latihan, dan
bimbingan bagi warga belajar usia lanjut yang meliputi:
a. Pengalaman
belajar pada masa lalu yang dimiliki warga belajar (usia lanjut)
Pengalaman
belajar pada masa lalu yang dimiliki oleh usia lanjut sangat berpengaruh dalam
proses belajar pada masa usia lanjut. Kelemahan yang dihadapi pada usia lanjut
yaitu sulitnya menghubungkan pelajaran yang telah diterima pada masa lalu
dengan pelajaran yang baru diterimanya. Hal tersebut disebabkan menurunnya daya
nalar (daya ingat) warga belajar usia lanjut yang semakin menurun. Sehingga
waktu belajar bagi usia lanjut memerlukan waktu yang lama dalam menghafal.
b. Penguasaan
varian-varian pengalaman belajar yang telah dimiliki
Warga belajar usia lanjut dalam hal mengingat dan menguasai kembali pengalaman belajarnya memerlukan waktu yang lama dan perlu adanya perhatian dari pendidik agar proses mengingat pengalaman belajar menjadi mudah.
c. Landasan belajar bagi usia lanjut
Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education). Dimana pendidikan sepanjang hayat adalah suatu pendidikan yang tidak terbatas usia dan berakhirnya pendidikan tersebut mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar). Pendidikan sepanjang hayat ini dapat dijabarkan ke dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi dalam diri warga belajar untuk membiasakan belajar secara continue (terus menerus) sepanjang hayatnya.
Berkenaan dengan landasan belajar bagi usia lanjut, maka konsep pendidikan sepanjang hayat (life long edication) dapaat dijadikan sebagai landasan. Seperti yang dikemukakan oleh D.Sudjana berikut ini: “Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan kedalam program-program pendidikan luar sekolah. Dalam praktiknya program-program dalam jalur pendididkan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya untuk mengkondisikan tubuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakat untuk melaksanaan kegiatan belajar yang berkesinambungan.
Jika dilihat dari karakteristik pendidikan sepanjang hayat yang dikemukakan oleh Dave dalam bukunya Life Long Education and School Curriculum, maka diperoleh gambaran bahwa: pendidikan usia lanjut merupakan pendidikan yang diberikan bagi warga belajar usia lanjut. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan tidak terbatas pada usia dan berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah, akan tetapi merupakan proses sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar usia lanjut).
d. Gaya belajar dan usia lanjut
Gaya belajar didefinisikan sebagai karakteristik cara seseorang dalam memproses informasi, merasa, dan menyikapi terhadap dan atau dalam situasi belajar. Dengan kata lain, preferensi-preferensi watak dan kecenderungan mempengaruhi belajar seseorang. Usia lanjut memiliki perbedaan dalam hal berpikir dan menyelesaikan masalah mereka.
Warga belajar usia lanjut dalam hal mengingat dan menguasai kembali pengalaman belajarnya memerlukan waktu yang lama dan perlu adanya perhatian dari pendidik agar proses mengingat pengalaman belajar menjadi mudah.
c. Landasan belajar bagi usia lanjut
Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education). Dimana pendidikan sepanjang hayat adalah suatu pendidikan yang tidak terbatas usia dan berakhirnya pendidikan tersebut mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar). Pendidikan sepanjang hayat ini dapat dijabarkan ke dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi dalam diri warga belajar untuk membiasakan belajar secara continue (terus menerus) sepanjang hayatnya.
Berkenaan dengan landasan belajar bagi usia lanjut, maka konsep pendidikan sepanjang hayat (life long edication) dapaat dijadikan sebagai landasan. Seperti yang dikemukakan oleh D.Sudjana berikut ini: “Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan kedalam program-program pendidikan luar sekolah. Dalam praktiknya program-program dalam jalur pendididkan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya untuk mengkondisikan tubuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakat untuk melaksanaan kegiatan belajar yang berkesinambungan.
Jika dilihat dari karakteristik pendidikan sepanjang hayat yang dikemukakan oleh Dave dalam bukunya Life Long Education and School Curriculum, maka diperoleh gambaran bahwa: pendidikan usia lanjut merupakan pendidikan yang diberikan bagi warga belajar usia lanjut. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan tidak terbatas pada usia dan berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah, akan tetapi merupakan proses sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar usia lanjut).
d. Gaya belajar dan usia lanjut
Gaya belajar didefinisikan sebagai karakteristik cara seseorang dalam memproses informasi, merasa, dan menyikapi terhadap dan atau dalam situasi belajar. Dengan kata lain, preferensi-preferensi watak dan kecenderungan mempengaruhi belajar seseorang. Usia lanjut memiliki perbedaan dalam hal berpikir dan menyelesaikan masalah mereka.
Rancangan Gerakan Sekolah Tanpa Batas Sebagai Wadah Pembelajaran Bagi Lansia
1.
Tujuan gerakan sekolah tanpa batas
Tujuan dibentuknya gerakan sekolah tanpa
batas yang diperuntukan bagia lansia adalah sebagai bentuk dari pemberdayaan
warga lanjut usia potensial yang diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat di
tahun-tahun mendatang. Selain itu, pembentukan sekolah ini juga bertujuan
memberikan kesempatan kepada lanjut usia yang masih produktif untuk berkarya
dan mandiri, tidak menjadi beban keluarga atau lingkungan serta bisa menikmati
masa tua dengan bahagia.
Program
gerakan sekolah tanpa batas ini juga bertujuan untuk mendampingi dan memberikan
pelayanan kepada orang dewasa maupun lanjut usia untuk memperoleh hak
pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
diajarkan meliputi pendalaman keagamaan, kesehatan, materi mengenai tekhnologi
yang dapat dimengerti orang dewasa maupun lansia serta pemahaman dasar dasar
pembelajaran bagi mereka yang buta aksara, serta materi materi pembelajaran
umum yang sekiranya mereka butuhkan yang berguna bagi kehidupan mereka.
Kegiatan pada gerakan sekolah tana batas ini juga bertujuan agar para lansia
maupun orang dewasa dapat bahagia pada masa tua mereka serta dapat membuat
mereka menjadi mandiri, bisa berkarya, dan tidak menjadi beban bagi keluarga
dan lingkungan.
2.
Sasaran
gerakan sekolah tanpa batas
Sasaran dari program
pendidikan di gerakan sekolah tanpa batas ini adalah seluruh masyarakat kabupaten
Malang yang memiliki rentan usia 40 hingga 60 tahun keatas maupun yang masih produktif
atau lansia yang masih berdaya serta masih mempunyai keinginan untuk belajar. Mereka
yang masih berada pada usia pertengahan seperti 40-55 tahun tetapi mungkin
karena keterbatasan ekonomi mapun mempunyai masalah sehingga mereka tidak
pernah merasakan bangku sekolah yang membuat mereka menjadi buta aksara maupun
mereka yang ingin memperdalam ilmu pembelajaran dapat mengikuti kegiatan padda
sekolah tanpa batas ini.
3.
Sumber belajar
Sumber belajar adalah
bahan –bahan yang dibutuhkan dan digunakan oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Di sekolah sekolah tanpa batas, sumber belajar yang dapat digunakan
diantaranya sebagai berikut:
a.
Modul
Modul yang diberikan kepada para
anggota berisi materi – materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Modul dibuat oleh pembimbing sebagai bahan ajar untuk anggota dan dibagi menjadi
tiga, yaitu modul mata pelajaran agama, modul mata pelajaran kesehatan dan modul
mata pelajaran tekhnologi pendidikan, serta tambahan untuk mereka yang
mempunyai kekurangan buta aksara. Modul yang diberikan kepada anggota disusun
oleh pembimbing dengan bahasa yang mudah dipahami dan kontekstual dengan
kehidupan sehari –harianggota, hal ini bertujuan agar anggota mudah memahami
materi yang dibahas. Modul diberikan setiap pertemuan untuk bahan diskusi
pertemuan selanjutnya, satu pertemuan diberikan satu modul dengan satu tema
bahan ajar untuk anggota, hal ini agar anggota tidak bingung dengan materi
–materi yang dipelajari.
Modul yang dapat disediakan oleh pihak sekolah yang diberikan
kepada anggota adalah printout power point dan file modul yang diberikan
melalui flashdisk maupun kaset yang dibuat oleh pembimbing kemudian diberikan
kepada anggota saat pelajaran untuk menjadi bahan belajar pertemuan berikutnya.
Bentuk modul yang hanya beberapa lembar kertas mungkin akan hilang, tercecer
atau lupa dibawa, maupun tidak merawat modul yang sudah terkumpul. Pembagian
modul yang disertai dengan file ini bertujuan agar saat print out modul tersebut hilang mereka dapat mem print out maupun
membuka ulang materi yang ingin mereka pelajari lagi.
b.
Alat Praktek
Alat praktek yang dapat digunakan guna menunjang pelaksanaan
sekolah tanpa batas ini dapat berupa komputer atau laptop yang digunakan dalam
mata pembelajaran tekhnologi pendidikan. Selain itu alat praktek lain seperti beberapa
manikin maupun beberapa barang penunjang materi kesehatan juga perlu diberikan
agar mereka dapat memahami dengan baik materi yang disampaikan serta dapat
secara langsung mempraktekkan materi yang mereka dapatkan. Selain itu
penyampaian materi bisa dilakukan menggunakan LCD dan papan tulis.
4.
Jadwal Kegiatan Pembelajaran Sekolah Tanpa Batas
Jadwal kegiatan belajar
adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Jadwal kegiatan belajar membantu dalam memberikan alokasi waktu selam proses
pembelajaran. Jadwal kegiatan belajar perlu dievaluasi apakah sudah sesuai
dengan kebutuan anggota di sekolah tanpa batas. Adapun jadwal pembelajaran yang
dapat diberlakukan adalah sebagai berikut :
Hari/Jam
|
Selasa
|
Kamis
|
09.00 – 10.15
|
Kesehatan
|
Agama
|
10.15 – 11.30
|
IT
|
Kesehatan
|
11.30 – 12.15
|
Sholat Berjamaah
|
Sholat Berjamaah
|
Dan bagi mereka yang memiliki buta aksara dapat mengikuti
pelajaran tambahan pada hari Sabtu setiap pukul 09.00 – 10.15. Dalam seminggu
pertemuan hanya dilakukan selama dua kali yakni pada setiap hari selasa serta
kamis. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu yang dimiliki lanjut
usia. Selain jadwal pembelajaran, sekolah tanpa batas juga mengadakan kegiatan
rekreasi bersama untuk para anggota yang telah disepakati bersama.
Implementasi
Gerakan Sekolah Tanpa Batas Sebagai Wadah Pembelajaran Bagi Lansia
1.
Metode dan Teknik Pembelajaran
Metode dan
teknik pembelajaran memiliki peranan penting dalam penyusunan strategi dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Metode yaitu cara yang berkaitan dengan pengorganisasian
kegiatan belajar bagi lansia seperti kegiatan belajar individual, kegiatan
belajar kelompok, atau kegiatan belajar massal. Sedangkan teknik merupakan
prosedur atau langkah pembelajaran yang sesuai dengan pengorganisasian belajar
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran lansia, banyak
metode dan teknik yang diterapkan. Untuk keberhasilan pembelajaran semacam ini,
apapun metode teknik yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana
dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni
agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan
suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar
menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni
menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena
keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada
kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja.
Penetapan pemilihan metode seharusnya
guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini
mengacu pada garis besar program pengajaran yang dibagi dalam dua jenis:
a.
Rancangan proses untuk mendorong orang
dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan mempedomani masa lampau
yang pernah dialami, misalnya dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab,
wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi
wawasan baru pada masing-masingindividu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah
diketahuinya.
b.
Proses pembelajaran yang dirancang untuk
tujuan meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, keterampilan
baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa dapat meraih
semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi
kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajar menggunakan
program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja.
Sekolah
Tanpa Batas dibuat dengan sasaran adalah para orang dewasa maupun mereka
dengan kondisi lanjut usia menggunakan metode pembelajaran penyampaian teori,
praktek, ceramah dan tanya jawab serta diskusi. Persentase penyampaian teori
dan praktek berbeda –beda pada setiap pelajaran, pelajaran agama persentasi
teori dan praktek yaitu 40% dan 60%, pelajaran kesehatan teori dan praktek
yaitu 90% dan 10% sementara pelajaran IT 100% praktek. Metode lain yaitu
ceramah dan tanya jawab, serta diskusi ditentukan oleh dosen dan mahasiswa
sesuai dengan mata kuliah masing –masing. Hal ini dilakukan agar mahasiswa
benar –benar memahami dan antusias selama pelajaran. Metode ceramah dan tanya
jawab menurut Lunandi (1982:30) merupakan metode yang paling cocok digunakan
apabila waktu yang ada tidak banyak. Selain itu tanya jawab juga merupakan
metode yang cocok untuk memancing mahasiswa untuk mengktirisi tema belajar.
2. Implementasi
Terhadap Pembelajaran Lansia
a.
Menciptakan suatu struktur untuk
perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam ini seharusnya melibatkan
semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang direncanakan, yaitu
termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru atau fasilitator,
wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
b.
Menciptakan iklim belajar yang mendukung
untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat penting menciptakan iklim kerjasama
yang menghargai antara guru dan siswa. Suatu iklim belajar orang dewasa dapat
dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik yang
memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau
meja secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke belakang. Guru lebih bersifat
membantu bukan menghakimi.
c.
Diagnosa sendiri kebutuhan
belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua pihak, dan hasilnya
adalah kebutuhan bersama.
d.
Formulasi tujuan. Agar
secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu hendaknya
dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
e.
Mengembangkan model umum.
Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program, di mana harus disusun secara
harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik
kelompok besar maupun kelompok kecil.
f.
Perencanaan evaluasi.
Seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus sejalan dengan
prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat mengarahkan diri
sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau evaluasi bersama.
Aplikasi
yang diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau
rambu-rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan lansia. Oleh karena itu,
keberhasilannya akan lebih banyak tergantung pada setiap pelaksanaan dan
tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan
teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan
kurikulum atau cara mengajar terhadap mahasiswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting dalam mencerdasakan manusia sehingga keberhasilan suatu bangsa di era
modern seperti ini selalu di imbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing di bidangnya. Semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, ada banyak hal yang masih perlu mendapat
sorotan yaitu salah satunya mengenai konsep pendidikan usia lanjut.pendidikan
usia lannjut juga tidak kalah penting dibandingan dengan pendidikan siswa di
sekolah karena masih banyak juga kaum usia lanjut yang memerlukan pendidikan.
Pendidikan bagi orang dewasa dan usia
lanjut jelas berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak. Pengalaman belajar pada
masa lalu yang dimiliki oleh usia lanjut sangat berpengaruh dalam proses
belajar pada masa usia lanjut. Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan
konsep pendidikan sepanjang hayat (life
long education). Tujuan dibentuknya
gerakan sekolah tanpa batas yang diperuntukan bagia lansia adalah sebagai
bentuk dari pemberdayaan warga lanjut usia potensial yang diperkirakan
jumlahnya akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
Sasaran dari program
pendidikan di gerakan sekolah tanpa batas ini adalah seluruh masyarakat
kabupaten Malang yang memiliki rentan usia 40 hingga 60 tahun keatas maupun
yang masih produktif atau lansia yang masih berdaya serta masih mempunyai
keinginan untuk belajar. Sumber belajar yang dibutuhkan dan digunakan oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran Sekolah Tanpa Batas yaitu berupa modul
dan alat praktik.
Dalam
implementasi Sekolah Tanpa Batas ini perlu adanya metode dan teknik
pembelajaran karena memiliki peranan penting dalam penyusunan strategi dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Salah satu implementasi dari pembelajaran
lansia yaitu menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal
struktur semacam ini seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai
kegiatan pendidikan yang direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan
belajar atau siswa, guru atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
Saran
Diharapkan Sekolah Tanpa Batas dapat bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait agar dapat lebih berkembang dan menjadi lembaga yang dipandang
baik oleh masyarakat. Selain itu Sekolah Tanpa Batas juga dapat mengadakan
sosialisasi program yang ada di Sekolah Tanpa Batas di beberapa Kabupaten yang
ada di Malang dan sekitarnya
DAFTAR RUJUKAN
Abdulhak, I.
2000. Strategi Membangun Motivasi dalam
Pembelaran Orang Dewasa. Bandung: CV. Andira
Badriyah F.
2014. Program Sekolah Lanjut Usia Golden Geriatric Club Di Yayasan Budi Mulia
Dua Yogyakarta. Skripsi, Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
Basleman, A. dan
Mappa, S. 2011. Teori Belajar Orang
Dewasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Crow, L. D. and
Crow, A. 1956. Life long education: a
Psychological Analysis. Oxford: Pergamon press
Lunandi,
A.G. 1987. Komunikasi Mengena: Meningkatkan
Afektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius
Sarwoko,
B. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Luar
Sekolah. Bandung: Semarang Press
Soelaiman,
J. 2004. Konsep dasar pendidikan luar
sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Uhbiyati,
N. 2009. Long Life Education: Pendidikan
Anak Sejak dalam Kandungan sampai Lansia. Semarang: Walisongo Press.
Komentar
Posting Komentar