PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
PENDEKATAN
ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN
Afra
Irrene Fredyski
Firman
Budi Santoso
Putri
Itsna Farah Maulida
Widi
Ika Cahyani
Yulia
Triana Ratnasari
Email: yuliatrianaratnasari@gmail.com
Jurusan Administrasi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri
Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
Abstrak: Supervisi pengajaran adalah proses
pemberian bantuan kepada guru dengan memberikan dorongan atau bimbingan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai supervisi
pengajaran dengan menggunakan pendekatan artistik. Artikel ini dikerjakan
dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik study literature review yang bersumber dari
buku, artikel, dan jurnal online.
Hasil yang diperoleh dalam artikel ini yaitu berupa: (1) Konsep dasar
pendekatan supervisi artistik; (2) Model supervisi artistik; (3) Kelebihan dan
kelemahan pendekatan supervisi artistik; (4) Implementasi pendekatan supervisi
artistik.
Kata kunci: artistik, pendekatan, pengajaran, supervisi
Pendidikan
merupakan sarana manusia dalam mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan
dianggap penting bagi sebagian besar masyarakat karena dapat menjadikan manusia
menjadi lebih baik dari segi karakter, keterampilan, pengetahuan, dan ekonomi.
Dengan demikian, masyarakat akan mengandalkan pendidikan sebagai proses
peningkatan derajat mereka di masyarakat
sekitarnya. Tentunya mereka menuntut adanya pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas dapat dihasilkan dari aspek-aspek pendidikan yang berkualitas
pula, salah satunya adalah pembelajaran. Pembelajaran harus dikonsep sedemikian
rupa agar mendapatkan hasil yang maksimal, hal inilah yang sering disebut
sebagai strategi pembelajaran. Menurut Sunarto (2013:424) terdapat tiga hal
pokok dalam strategi pembelajaran yaitu perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran akan sangat efektif dan bermakna
jika dengan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih mudah dalam
memahami pelajaran dan dengan pembelajaran itu pula peserta didik menjadi
senang dan termotivasi untuk belajar serta tidak mudah jenuh.
Dalam penelitiannya,
Akbar (2015:68) menjelaskan bahwa manusia bukanlah mesin dalam pelaksanaan
pekerjaannya sehingga membutuhkan aspek fisik, pikiran, psikologis, dan
motivasi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya manusia membutuhkan aspek tersebut
karena berhubungan dengan ketepatan, konsistensi, kecermatan maupun
ketelitiannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan haruslah ada perbedaan pada
masing-masing pekerjaan mulai dari cara, metode, perlakuaan dan lain
sebagainya. Hal inilah yang mendasari aspek psikologi dan motivasi harus ada
dalam pelaksanaan pekerjaan. Supervisi menurut Akbar (2015:68) adalah upaya
yang dilakukan untuk memberikan bantuan, dorongan, motivasi dan saran pemecahan
masalah pekerjaan secara lebih manusiawi, sehingga model, pendekatan dan teknik
yang digunakan dipilih sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pekerja maupun organisasi. Supervisi ini menghasilkan paradigma bahwa setiap
pekerjaan membutuhkan aspek psikologis dalam pelaksanaannya. Supervisi
merupakan kegiatan monitoring dimana seorang kepala sekolah melakukan
pengamatan kepada guru dengan tujuan memperbaiki langkah yang salah dalam
pelaksanaan kegiatan. Kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu memantau
proses pembelajaran oleh guru. Dengan demikian, segala bentuk kegiatan
pembelajaran akan mudah dikontrol oleh kepala sekolah.
Pelaksanaan
supervisi bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui progress
pekerjaan yang telah tercapai saja. Supervisi juga bukan kegiatan yang hanya
digunakan untuk mencari kesalahan bawahan agar nantinya seorang supervisor
dapat melontarkan suatu teguran kepada bawahan. Kegiatan supervisi menekankan
pada bantuan pemecahan masalah untuk dilaksanakan di kesempatan yang berbeda
sehingga tidak terjadi penyimpangan konsep yang diharapkan oleh kedua belah
pihak. Oleh karena itu Akbar (2015:70) menjelaskan bahwa seorang supervisor
dalam melakukan supervisi harus memiliki cara-cara yang baik dan persuasif.
Kepala sekolah harus mendapatkan teknik, model, serta pendekatan yang tepat
dalam pelaksanaan supervisinya sesuai kondisi yang terjadi pada lembaga
bersangkutan. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memaparkan mengenai
pendekatan artistik pada supervisi. Hal ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi
supervisor dalam menentukan teknik, model, dan pendekatan dalam melaksanakan
supervisinya terhadap pembelajaran.
METODE
Metode
yang digunakan dalam penulisan artikel penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik study
literature review. Study literature
review adalah uraian tentang teori dan bahan penelitian lain yang diperoleh
dari bahan acuan untuk dijadikan dasar melakukan kegiatan penelitian untuk
mempermudah penyusunan kerangka pemikiran dari perumusan masalah yang ingin
diteliti. Selain itu, study
literature review
adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Study literature
review bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, artikel, buku,
dokumentasi, internet, dan pustaka. Artikel ini menggunakan study
literature review
yang bersumber dari buku, artikel dan jurnal online.
PEMBAHASAN
Konsep
Dasar Pendekatan Supervisi Artistik
Supervisi
berasal dari kata supervision yang
terdiri dari super yang berarti
lebih, dan vision yang berarti
melihat. Secara terminologi supervisi pengajaran merupakan serangkaian usaha
bantuan untuk pendidik (guru), sehingga mempunyai konsekuensi pengertian yang
sama antara supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai
kegiatan kontrol yang otoriter. Menurut Imron (2012:51) pendekatan supervisi
artistik dalam supervisi pembelajaran adalah suatu pendekatan yang menyadarkan
pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai sarana untuk
mengapresiasi kejadian-kejadian pembelajaran yang bersifat subtle (halus) dan sangat bermakna di dalam kelas. Pendekatan
supervisi artistik muncul sebagai respons atas ketidakpuasan terhadap supervisi
pengajaran dengan pendekatan ilmiah yang dipengaruhi oleh aliran scientific
management. Adanya pendekatan supervisi artistik ini karena adanya
kegagalan-kegagalan yang terjadi di pendekatan supervisi pengajaran sebelumnya.
Supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah ini dianggap gagal karena terlalu
berani menggeneralisasikan tampilan pembelajaran yang tampak sebagai
keseluruhan peristiwa pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dengan meggunakan
pendekatan supervisi artistik ini dapat menerobos keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah. Menurut Imron (2012:44) kesalahan
pendekatan ilmiah dan argumen penyangga pendekatan artistik dalam supervisi
pembalajaran yaitu: (1) Kesalahan perhitungan, yang ditimbulkan karena kejadian
khusus dalam perilaku pembelajaran, dihitung sebagai kesuksesan pembelajaran;
(2) Kesalahan komposisi, dapat dilihat dari kenyataan, bahwa kualitas
pembelajaran lebih dilihat dari penjumlahan skor dari yang dihasilkan oleh
variabel-variabelnya; (3) Kesalahan konkretisasi, disebabkan tertipunya
pendekatan ilmiah pada tampilan-tampilan pembelajaran yang tampak, atau yang
bersifat lahiriah; (4) Kesalahan urus, dilihat dari terbatasnya urusan-urusan
pembelajaran pada hal-hal yang berada di luar kelas, yang sedikit ataupun
banyak, mempunyai kadar intervensi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.
Sergiovanni
(1991) menyatakan supervisi pengajaran dengan pendekatan artistik dalam melihat
berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan
pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor. Pandangan dari pendekatan
artistik yaitu keberhasilan pengajaran tidak dapat diukur dengan menggunakan
peristiwa pengajaran yang berada dalam konteks yang berbeda. Karena itu
pendekatan artistik merekomendasikan agar supervisor untuk turut mengamati,
merasakan, dan mengapresiasikan pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan
cermat, telaten, dan utuh. Dalam lukisan Elliot W. Eisner, menyatakan bahwa
supervisor bagaikan menyaksikan tampilan-tampilan karya seni, yang tidak dapat
dilihat sebagian demi sebagian. Maka dari itu harus dilihat secara menyeluruh
atau dengan kata lain supervisor harus mengapresiasikan pembelajaran guru.
Pendekatan artistik mencoba untuk menempatkan supervisor sebagai instrumen
observasi untuk mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah-langkah atau
prosedur supervisi. Oleh karena supervisor yang ditempatkan sebagai
instrumennya, maka supervisorlah yang membuat pemaknaan dan pembelajaran yang
sedang berlangsung.
Menurut Imron (2012:54-55) ciri-ciri
pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran, yaitu: (1) Menaruh perhatian
terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa pembelajaran yang terjadi; (2)
Memerlukan ahli seni dalam pendidikan, yang dapat melihat suatu yang subtle (halus,
lembut, dan untuk menjangkaunya penuh dengan rasa) dalam pembelajaran; (3) Mengapresiasi
setiap kontribusi unik pada guru yang disupervisi terhadap pengembangan siswa;
(4) Menaruh perhatian pada kehidupan kelas secara keseluruhan; (5) Memerlukan
hubungan yang baik dan menyenangkan antara supervisor dan guru; (6) Memerlukan
kemampuan penggunaan bahasa yang dapat menggali potensi-potensi guru; (7)
Memerlukan kemampuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan setiap
peristiwa pembelajaran yang terjadi; (8) Menerima kenyataan bahwa
supervisor dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kepekaanya dan
pengalamanya merupakan instrumen pokok.
Model
Supervisi Artistik
Model Supervisi
artistik menurut Musrikah (2016:52) model supervisi artistik menempatkan
supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan
supervisi. Oleh karena itu supervisor sendiri yang ditempatkan sebagai
instrumennya, oleh karena itu supervisor yang membuat pelaksanan atas
pengajaran yang sedang berlangsung. Dalam supervisi artistik pendidik dinilai tidak hanya pada
tingkat pengetahuannya (knowledge)
saja, namun juga tingkat keterampilan (skill)
dan seni (art). Supervisi artistik
bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai pengetahuan (knowledge) tapi juga merupakan suatu seni (art).
Supervisor yang
mengembangkan model artistik akan memeperlihatkan kinerjanya dalam menjalin
relasi dengan guru-guru yang di bimbing untuk memebentuk kinerja yang ada pada
dirinya sehingga pendidik akan merasa di bina dan bentuk kinerjanya, serta
supervisor ajuga memberikan motivasi untuk terus mengasah keterampilanya dalam
meningkatkan passio. selain itu
penidik juga harus mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti dan
memahami kondisi orang lain dengan segala problema-problema yang dihadapi,
menerima dan menghargai pendapat orang lain, dengan hal itu supervisor harus
terus menerus mengontrol dan mengawasi perkembangan kinerja pendidik. Dengan
demikian supervisi artistik juga dapat menyadarkan kepekaan, presepsi dan
penegtahuan dalam mengapresiasi dan menilai kejadian-kejadian pada proses
pembelajaran. Menurut Akbar (2015) seorang supervisor yang baik adalah seorang
yang dapat melakukan pendekatan untuk memberikan pembinaan dan pengembangan
aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Pendekatan artistik
berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis
pelakunya. Hal ini karena secara psikologis, manusia satu berbeda dengan yang
lain, sehingga menuntut perlakuan yang berbeda pula sesuai dengan keragamannya.
Instrumen-instrumen baku yang dikembangkan pada pendekatan ilmiah, tidak
mungkin dapat menggambarkan keseluruhan dari situasi pembelajaran secara
holistik dan komprehensif.
Kelebihan
dan Kelemahan Pendekatan Supervisi Artistik
Dalam pendekatan supervisi artistik
ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kerurangan. Kelebihan dari pendekatan
supervisi artistik sendiri ialah terlihat dalam melihat fenomena pengajaran
dalam hal ini supervisor melihat secara teliti, cermat, dan di kaitkan dengan proses belajar dan
pebelajaran. Guna mengetahu karektristik pendidik dalam menyampaikan materi
serta memebrikan apresiasi atau dorongan dalam meningkatkan kinerja pendidik.
Oleh sebab itu supervisor juga harus memebrikan pembinaan secara kerkala dan
terus menerus. Apabila pembinannya tidak dilakukan secara efektif akan terdapat
kelemahan yang mana pendekatan supervisi artistik ini tidak semua supervisor
mampu mengapresiasikan fenomena secara tepat, supervisor juga perlu
memperhatikan waktu dan suasana dalam melaksanakan supervisi artistik.
Implementasi
Pendekatan Artistik dalam Supervisi Pembelajaran
Menurut Imron (2011:55)
menyatakan bahwa seorang supervisor yang menerapkan pendekatan artistik dalam
melaksanakan supervisi pembelajaran, diibaratkan sebagai seorang pelatih musik
dan/atau seni yang berhadapan dengan mereka yang sedang belajar atau
mempersiapkan tampilan-tampilan seni atau sebuah pertunjukan. Dengan demikian
hanya mereka yang tahu seni sajalah yang dapat melatih. Jadi, dapat dikatakan
bahwa supervisor harus benar-benar mampu melatih dan membina para guru agar
kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat meningkat.
Menurut Hartono (2016)
dalam pengajaran, guru dibedakan melalui gaya dan kekuatan khususnya.
Supervisor yang melakukan pendekatan artistik akan dapat mengenali gaya guru
yang memiliki gaya dan kekuatan khusus tersebut dan berupaya membantu guru
untuk mengeksploitasi dan menguatkan hal-hal yang positif dalam dirinya. Oleh
karena itu, kompetensi pengajaran maupun karakteristik unik yang dimiliki guru
harus dipersepsikan dan dihargai.
Pada sisi apresiasif,
pendekatan artistik untuk supervisi berfungsi ganda yaitu mencari apresiasi
terhadap keseluruhan kualitas penampilan dan mencoba mengaperesiasi karakter
penampilan yang berbeda. Pendekatan ini bertujuan agar dapat diketahui suatu
keunikan dan perbedaan dari guru satu dengan yang lain. Setelah ditemukan
adanya nilai-nilai khusus atau unik maka supervisor harus mampu menguatkan
nilai-nilai tersebut agar dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendekatan artistik
dalam supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru
dan siswa termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang
mereka lakukan. Hal tersebut dapat dipahami dari pengalaman yang dimiliki para
siswa dan guru, dan tidak mudah untuk menjelaskan dan merincikan
tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Sebuah kondisi memiliki arti bagi
orang-orang yang terlibat di dalamnya serta bagaimana tindakan-tindakan dalam
suatu situasi tercipta atau memberi suatu arti. Hal ini tentunya merupakan
fenomena yang menarik yang dapat diamati melalui pendekatan artistik supervisi.
Imron (2011:55)
menyatakan bahwa dalam pendekatan artistik, supervisor haruslah tahu mengenai
pembelajaran serta berpengalaman menjadi seorang pengajar sehingga saat yang
bersangkutan memberikan makna atas pembelajaran yang sedang berlangsung maka
tidak terjadi penyimpangan. Dalam melakukan pendekatan artistik, Imron
(2011:56) menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan oleh
supervisor, yaitu:
1. Saat
akan berangkat ke sekolah, supervisor tidak boleh memiliki pretensi apapun
tentang pembelajaran yang akan diamati. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
tidak memiliki pretensi yaitu agar saat melakukan pengamatan supervisor dapat
memperoleh informasi secara lengkap dan benar-benar fokus mengamati proses
pembelajaran.
2. Supervisor
mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar secara cermat, teliti,
utuh, menyeluruh serta berulang-ulang. Akan tetapi, supervisor tidak boleh
hanya terpaku terhadap hal-hal yang terjadi di dalam kelas dan harus berani
melihat hubungan atau keterkaitan antara fenomena di dalam kelas maupun di luar
sekolah.
3. Supervisor
memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal agar dapat lebih
terfokus karena dilakukan setelah pembelajaran selesai. Meskipun saat proses
pengamatan berlangsung supervisor melakukan interpretasi terhadap fenomena yang
terjadi saat itu akan tetapi interpretasi ulang atau formal juga perlu
dilakukan agar dapat menyempurnakan interpretasi yang sudah dilakukan saat
pengamatan.
4. Supervisor
menyusun hasil interpretasinya dalam bentuk narasi yang nantinya dapat dipahami
oleh guru secara berulang-ulang. Narasi dibuat dengan maksud untuk
menggambarkan pembelajaran guru yang sesuai dengan kenyataan serta dengan
adanya narasi ini maka hasil interpretasi dapat ditangkap secara keseluruhan.
5. Supervisor
menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan kepada guru
baik secara lisan maupun tertulis. Penyampaian ini dapat dilakukan secara
tertulis maupun lisan. Di sini supervisor harus memberikan informasi kepada
guru bahwa hasil yang diberikan merupakan hasil apa adanya yang terjadi saat
proses pembelajaran berlangsung. Supervisor juga dapat memberikan kritik-kritik
ala kritik seni kepada guru agar guru dapat berbenah diri untuk proses
pembelajaran yang lebih baik ke depannya.
6. Balikan
dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam balikan ini,
terdapat kemungkinan adanya semacam diskusi dan bisa juga tidak. Supervisor dan
guru saling mengemukakan visi masing-masing atas pembelajaran yang berlangsung
dan hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
PENUTUP
Kesimpulan
Suatu
lembaga pendidikan atau organisasi harus ada supervisi atau kegiatan
monitoring seorang kepala sekolah untuk
melakukan
pengamatan kepada guru guna mencapai tujuan dalam memperbaiki langkah
yang salah dalam suatu pelaksanaan
kegiatan. Pelaksanaan supervisi
bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui progress pekerjaan
yang telah tercapai saja akan tetepai
terdapat bergai banyak cara pendektan dalam pelaksnan supervisi seperti
pendektan artistik. Pendekatan artistik berupaya
melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis
pelakunya. dalam memahami pembelajaran berusaha menerobos
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah, maka Pendekatan supervisi artistik ini tidak lepas dari adanya
kelebihan dan kekurangan.
Dengan demikian pendekatan
artistik mencoba untuk menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi untuk
mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah-langkah atau prosedur
supervisi. Oleh karena itu,
supervisor yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka supervisorlah yang
membuat pemaknaan dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pendekatan artistik
dalam supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru
dan siswa termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang
mereka lakukan.
Oleh sebab itu,
supervisor juga harus memebrikan pembinaan secara kerkala dan terus menerus.
Saran
Kepala sekolah sebagai
supervisor hendaknya senantiasa melakukan supervisi terhadap guru khususnya
dengan menggunakan pendekatan artistik dengan tujuan meningkatkan kualitas
pembelajaran guru ke depannya. Kepala sekolah juga hendaknya mengamati segala
aspek yang ada saat proses supervisi berlangsung agar segala fenomena yang
terjadi dapat ditangkap. Selain itu, supervisor juga hendaknya memberikan hasil
supervisi kepada guru yang bersangkutan agar guru tersebut dapat melakukan
evaluasi atau bisa juga melakukan evaluasi bersama.
Guru sebagai pihak yang
disupervisi maka hendaknya mempersiapkan segala hal yang sekiranya akan dilihat
dan dinilai oleh supervisor meskipun dengan menggunakan pendekatan artistik
dimana supervisor sama sekali tidak memiliki bayangan atau pretense mengenai
apa yang akan disupervisi. Selain itu, setelah adanya supervisi dan hasil dari
supervisi tersebut diberikan kepada guru maka hendaknya guru melakukan evaluasi
diri sehingga ke depannya bisa memperbaiki apa saja hal yang masih perlu
dibenahi saat proses pembelajaran.
Saran
yang penulis berikan kepada pembaca yaitu agar pembaca hendaknya mencari sumber
yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang penulis susun serta
mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan artikel ini.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar,
R. F. 2015. Model Supervisi Artistik - Religious Humanistik Kepala MTs Al
Kautsar Sidang Iso Mukti Kec. Rawajitu Utara Kab. Mesuji. Jurnal Quality. 3(1).
67-88. (Online). Dari http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/1174,
diakses tanggal 10 September 2019.
Hartono, M. 2016. Supervisi dengan Pendekatan Artistik pada
Pembelajaran. (Online). Dari https://pgsd.binus.ac.id/2016/12/26/supervisi-dengan-pendekatan-artistik-pada-pembelajaran/),
diakses 11 September 2019.
Imron,
A. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Musrikah, S. 2016. Pengelolaan Supervisi Artistik Kepala
Sekolah Dasar Negeri 1 Selojari Klambu Grobogan. Jurnal Varidika 28(1).
(Online). Dari https://onesearch.id/Record/IOS2094.article-2404) diakses
tanggal 12 September 2019.
Sergiovanni,
T. J. 1991. The Principalship: a Reflective Practice Perpective. Boston: Allyn
and Bacon, Inc.
Sunarto,
W. 2013. Peningkatan Kulaitas Pembelajaran Guru Melalui Model Supervisi
Artistik dengan Strategi Focus Group Discussion (FGD). Jurnal Dinamika. 3(3).
424-431. (Online). Dari http://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/72,
diakses tanggal 10 September 2019.
Komentar
Posting Komentar