PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN


PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Afra Irrene Fredyski
Firman Budi Santoso
Putri Itsna Farah Maulida
Widi Ika Cahyani
Yulia Triana Ratnasari

Email: yuliatrianaratnasari@gmail.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145

Abstrak: Supervisi pengajaran adalah proses pemberian bantuan kepada guru dengan memberikan dorongan atau bimbingan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan artistik. Artikel ini dikerjakan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik study literature review yang bersumber dari buku, artikel, dan jurnal online. Hasil yang diperoleh dalam artikel ini yaitu berupa: (1) Konsep dasar pendekatan supervisi artistik; (2) Model supervisi artistik; (3) Kelebihan dan kelemahan pendekatan supervisi artistik; (4) Implementasi pendekatan supervisi artistik.
Kata kunci: artistik, pendekatan, pengajaran, supervisi

Pendidikan merupakan sarana manusia dalam mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dianggap penting bagi sebagian besar masyarakat karena dapat menjadikan manusia menjadi lebih baik dari segi karakter, keterampilan, pengetahuan, dan ekonomi. Dengan demikian, masyarakat akan mengandalkan pendidikan sebagai proses peningkatan derajat mereka di masyarakat sekitarnya. Tentunya mereka menuntut adanya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas dapat dihasilkan dari aspek-aspek pendidikan yang berkualitas pula, salah satunya adalah pembelajaran. Pembelajaran harus dikonsep sedemikian rupa agar mendapatkan hasil yang maksimal, hal inilah yang sering disebut sebagai strategi pembelajaran. Menurut Sunarto (2013:424) terdapat tiga hal pokok dalam strategi pembelajaran yaitu perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran akan sangat efektif dan bermakna jika dengan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran dan dengan pembelajaran itu pula peserta didik menjadi senang dan termotivasi untuk belajar serta tidak mudah jenuh.
Dalam penelitiannya, Akbar (2015:68) menjelaskan bahwa manusia bukanlah mesin dalam pelaksanaan pekerjaannya sehingga membutuhkan aspek fisik, pikiran, psikologis, dan motivasi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya manusia membutuhkan aspek tersebut karena berhubungan dengan ketepatan, konsistensi, kecermatan maupun ketelitiannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan haruslah ada perbedaan pada masing-masing pekerjaan mulai dari cara, metode, perlakuaan dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendasari aspek psikologi dan motivasi harus ada dalam pelaksanaan pekerjaan. Supervisi menurut Akbar (2015:68) adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan, dorongan, motivasi dan saran pemecahan masalah pekerjaan secara lebih manusiawi, sehingga model, pendekatan dan teknik yang digunakan dipilih sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi dan kemampuan pekerja maupun organisasi. Supervisi ini menghasilkan paradigma bahwa setiap pekerjaan membutuhkan aspek psikologis dalam pelaksanaannya. Supervisi merupakan kegiatan monitoring dimana seorang kepala sekolah melakukan pengamatan kepada guru dengan tujuan memperbaiki langkah yang salah dalam pelaksanaan kegiatan. Kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu memantau proses pembelajaran oleh guru. Dengan demikian, segala bentuk kegiatan pembelajaran akan mudah dikontrol oleh kepala sekolah.
Pelaksanaan supervisi bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui progress pekerjaan yang telah tercapai saja. Supervisi juga bukan kegiatan yang hanya digunakan untuk mencari kesalahan bawahan agar nantinya seorang supervisor dapat melontarkan suatu teguran kepada bawahan. Kegiatan supervisi menekankan pada bantuan pemecahan masalah untuk dilaksanakan di kesempatan yang berbeda sehingga tidak terjadi penyimpangan konsep yang diharapkan oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu Akbar (2015:70) menjelaskan bahwa seorang supervisor dalam melakukan supervisi harus memiliki cara-cara yang baik dan persuasif. Kepala sekolah harus mendapatkan teknik, model, serta pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan supervisinya sesuai kondisi yang terjadi pada lembaga bersangkutan. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memaparkan mengenai pendekatan artistik pada supervisi. Hal ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi supervisor dalam menentukan teknik, model, dan pendekatan dalam melaksanakan supervisinya terhadap pembelajaran.

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik study literature review. Study literature review adalah uraian tentang teori dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan dasar melakukan kegiatan penelitian untuk mempermudah penyusunan kerangka pemikiran dari perumusan masalah yang ingin diteliti. Selain itu, study literature review adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Study literature review bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, artikel, buku, dokumentasi, internet, dan pustaka. Artikel ini menggunakan study literature review yang bersumber dari buku, artikel dan jurnal online.

PEMBAHASAN
Konsep Dasar Pendekatan Supervisi Artistik
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari super yang berarti lebih, dan vision yang berarti melihat. Secara terminologi supervisi pengajaran merupakan serangkaian usaha bantuan untuk pendidik (guru), sehingga mempunyai konsekuensi pengertian yang sama antara supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Menurut Imron (2012:51) pendekatan supervisi artistik dalam supervisi pembelajaran adalah suatu pendekatan yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai sarana untuk mengapresiasi kejadian-kejadian pembelajaran yang bersifat subtle (halus) dan sangat bermakna di dalam kelas. Pendekatan supervisi artistik muncul sebagai respons atas ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah yang dipengaruhi oleh aliran scientific management. Adanya pendekatan supervisi artistik ini karena adanya kegagalan-kegagalan yang terjadi di pendekatan supervisi pengajaran sebelumnya. Supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah ini dianggap gagal karena terlalu berani menggeneralisasikan tampilan pembelajaran yang tampak sebagai keseluruhan peristiwa pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dengan meggunakan pendekatan supervisi artistik ini dapat menerobos keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah. Menurut Imron (2012:44) kesalahan pendekatan ilmiah dan argumen penyangga pendekatan artistik dalam supervisi pembalajaran yaitu: (1) Kesalahan perhitungan, yang ditimbulkan karena kejadian khusus dalam perilaku pembelajaran, dihitung sebagai kesuksesan pembelajaran; (2) Kesalahan komposisi, dapat dilihat dari kenyataan, bahwa kualitas pembelajaran lebih dilihat dari penjumlahan skor dari yang dihasilkan oleh variabel-variabelnya; (3) Kesalahan konkretisasi, disebabkan tertipunya pendekatan ilmiah pada tampilan-tampilan pembelajaran yang tampak, atau yang bersifat lahiriah; (4) Kesalahan urus, dilihat dari terbatasnya urusan-urusan pembelajaran pada hal-hal yang berada di luar kelas, yang sedikit ataupun banyak, mempunyai kadar intervensi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.
Sergiovanni (1991) menyatakan supervisi pengajaran dengan pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor. Pandangan dari pendekatan artistik yaitu keberhasilan pengajaran tidak dapat diukur dengan menggunakan peristiwa pengajaran yang berada dalam konteks yang berbeda. Karena itu pendekatan artistik merekomendasikan agar supervisor untuk turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan cermat, telaten, dan utuh. Dalam lukisan Elliot W. Eisner, menyatakan bahwa supervisor bagaikan menyaksikan tampilan-tampilan karya seni, yang tidak dapat dilihat sebagian demi sebagian. Maka dari itu harus dilihat secara menyeluruh atau dengan kata lain supervisor harus mengapresiasikan pembelajaran guru. Pendekatan artistik mencoba untuk menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi untuk mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah-langkah atau prosedur supervisi. Oleh karena supervisor yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka supervisorlah yang membuat pemaknaan dan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Menurut Imron (2012:54-55) ciri-ciri pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran, yaitu: (1) Menaruh perhatian terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa pembelajaran yang terjadi; (2) Memerlukan ahli seni dalam pendidikan, yang dapat melihat suatu yang subtle (halus, lembut, dan untuk menjangkaunya penuh dengan rasa) dalam pembelajaran; (3) Mengapresiasi setiap kontribusi unik pada guru yang disupervisi terhadap pengembangan siswa; (4) Menaruh perhatian pada kehidupan kelas secara keseluruhan; (5) Memerlukan hubungan yang baik dan menyenangkan antara supervisor dan guru; (6) Memerlukan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat menggali potensi-potensi guru; (7) Memerlukan kemampuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan setiap peristiwa pembelajaran yang terjadi; (8) Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kepekaanya dan pengalamanya merupakan instrumen pokok.
Model Supervisi Artistik
Model Supervisi artistik menurut Musrikah (2016:52) model supervisi artistik menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi. Oleh karena itu supervisor sendiri yang ditempatkan sebagai instrumennya, oleh karena itu supervisor yang membuat pelaksanan atas pengajaran yang sedang berlangsung. Dalam supervisi  artistik pendidik dinilai tidak hanya pada tingkat pengetahuannya (knowledge) saja, namun juga tingkat keterampilan (skill) dan seni (art). Supervisi artistik bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai pengetahuan (knowledge) tapi juga merupakan suatu seni (art).
Supervisor yang mengembangkan model artistik akan memeperlihatkan kinerjanya dalam menjalin relasi dengan guru-guru yang di bimbing untuk memebentuk kinerja yang ada pada dirinya sehingga pendidik akan merasa di bina dan bentuk kinerjanya, serta supervisor ajuga memberikan motivasi untuk terus mengasah keterampilanya dalam meningkatkan passio. selain itu penidik juga harus mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti dan memahami kondisi orang lain dengan segala problema-problema yang dihadapi, menerima dan menghargai pendapat orang lain, dengan hal itu supervisor harus terus menerus mengontrol dan mengawasi perkembangan kinerja pendidik. Dengan demikian supervisi artistik juga dapat menyadarkan kepekaan, presepsi dan penegtahuan dalam mengapresiasi dan menilai kejadian-kejadian pada proses pembelajaran. Menurut Akbar (2015) seorang supervisor yang baik adalah seorang yang dapat melakukan pendekatan untuk memberikan pembinaan dan pengembangan aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis pelakunya. Hal ini karena secara psikologis, manusia satu berbeda dengan yang lain, sehingga menuntut perlakuan yang berbeda pula sesuai dengan keragamannya. Instrumen-instrumen baku yang dikembangkan pada pendekatan ilmiah, tidak mungkin dapat menggambarkan keseluruhan dari situasi pembelajaran secara holistik dan komprehensif.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Supervisi Artistik
Dalam pendekatan supervisi artistik ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kerurangan. Kelebihan dari pendekatan supervisi artistik sendiri ialah terlihat dalam melihat fenomena pengajaran dalam hal ini supervisor melihat secara teliti, cermat, dan  di kaitkan dengan proses belajar dan pebelajaran. Guna mengetahu karektristik pendidik dalam menyampaikan materi serta memebrikan apresiasi atau dorongan dalam meningkatkan kinerja pendidik. Oleh sebab itu supervisor juga harus memebrikan pembinaan secara kerkala dan terus menerus. Apabila pembinannya tidak dilakukan secara efektif akan terdapat kelemahan yang mana pendekatan supervisi artistik ini tidak semua supervisor mampu mengapresiasikan fenomena secara tepat, supervisor juga perlu memperhatikan waktu dan suasana dalam melaksanakan supervisi artistik.
Implementasi Pendekatan Artistik dalam Supervisi Pembelajaran
Menurut Imron (2011:55) menyatakan bahwa seorang supervisor yang menerapkan pendekatan artistik dalam melaksanakan supervisi pembelajaran, diibaratkan sebagai seorang pelatih musik dan/atau seni yang berhadapan dengan mereka yang sedang belajar atau mempersiapkan tampilan-tampilan seni atau sebuah pertunjukan. Dengan demikian hanya mereka yang tahu seni sajalah yang dapat melatih. Jadi, dapat dikatakan bahwa supervisor harus benar-benar mampu melatih dan membina para guru agar kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat meningkat.
Menurut Hartono (2016) dalam pengajaran, guru dibedakan melalui gaya dan kekuatan khususnya. Supervisor yang melakukan pendekatan artistik akan dapat mengenali gaya guru yang memiliki gaya dan kekuatan khusus tersebut dan berupaya membantu guru untuk mengeksploitasi dan menguatkan hal-hal yang positif dalam dirinya. Oleh karena itu, kompetensi pengajaran maupun karakteristik unik yang dimiliki guru harus dipersepsikan dan dihargai.
Pada sisi apresiasif, pendekatan artistik untuk supervisi berfungsi ganda yaitu mencari apresiasi terhadap keseluruhan kualitas penampilan dan mencoba mengaperesiasi karakter penampilan yang berbeda. Pendekatan ini bertujuan agar dapat diketahui suatu keunikan dan perbedaan dari guru satu dengan yang lain. Setelah ditemukan adanya nilai-nilai khusus atau unik maka supervisor harus mampu menguatkan nilai-nilai tersebut agar dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendekatan artistik dalam supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru dan siswa termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang mereka lakukan. Hal tersebut dapat dipahami dari pengalaman yang dimiliki para siswa dan guru, dan tidak mudah untuk menjelaskan dan merincikan tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Sebuah kondisi memiliki arti bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya serta bagaimana tindakan-tindakan dalam suatu situasi tercipta atau memberi suatu arti. Hal ini tentunya merupakan fenomena yang menarik yang dapat diamati melalui pendekatan artistik supervisi.
Imron (2011:55) menyatakan bahwa dalam pendekatan artistik, supervisor haruslah tahu mengenai pembelajaran serta berpengalaman menjadi seorang pengajar sehingga saat yang bersangkutan memberikan makna atas pembelajaran yang sedang berlangsung maka tidak terjadi penyimpangan. Dalam melakukan pendekatan artistik, Imron (2011:56) menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan oleh supervisor, yaitu:
1.      Saat akan berangkat ke sekolah, supervisor tidak boleh memiliki pretensi apapun tentang pembelajaran yang akan diamati. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tidak memiliki pretensi yaitu agar saat melakukan pengamatan supervisor dapat memperoleh informasi secara lengkap dan benar-benar fokus mengamati proses pembelajaran.
2.      Supervisor mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar secara cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang. Akan tetapi, supervisor tidak boleh hanya terpaku terhadap hal-hal yang terjadi di dalam kelas dan harus berani melihat hubungan atau keterkaitan antara fenomena di dalam kelas maupun di luar sekolah.
3.      Supervisor memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal agar dapat lebih terfokus karena dilakukan setelah pembelajaran selesai. Meskipun saat proses pengamatan berlangsung supervisor melakukan interpretasi terhadap fenomena yang terjadi saat itu akan tetapi interpretasi ulang atau formal juga perlu dilakukan agar dapat menyempurnakan interpretasi yang sudah dilakukan saat pengamatan.
4.      Supervisor menyusun hasil interpretasinya dalam bentuk narasi yang nantinya dapat dipahami oleh guru secara berulang-ulang. Narasi dibuat dengan maksud untuk menggambarkan pembelajaran guru yang sesuai dengan kenyataan serta dengan adanya narasi ini maka hasil interpretasi dapat ditangkap secara keseluruhan.
5.      Supervisor menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan kepada guru baik secara lisan maupun tertulis. Penyampaian ini dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Di sini supervisor harus memberikan informasi kepada guru bahwa hasil yang diberikan merupakan hasil apa adanya yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Supervisor juga dapat memberikan kritik-kritik ala kritik seni kepada guru agar guru dapat berbenah diri untuk proses pembelajaran yang lebih baik ke depannya.
6.      Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam balikan ini, terdapat kemungkinan adanya semacam diskusi dan bisa juga tidak. Supervisor dan guru saling mengemukakan visi masing-masing atas pembelajaran yang berlangsung dan hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

PENUTUP
Kesimpulan
Suatu lembaga pendidikan atau organisasi harus ada supervisi atau kegiatan monitoring seorang kepala sekolah untuk melakukan pengamatan kepada guru guna mencapai tujuan dalam memperbaiki langkah yang salah dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan supervisi bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui progress pekerjaan yang telah tercapai saja akan tetepai terdapat bergai banyak cara pendektan dalam pelaksnan supervisi seperti pendektan artistik. Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis pelakunya. dalam memahami pembelajaran berusaha menerobos keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah, maka Pendekatan  supervisi artistik ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kekurangan.
Dengan demikian pendekatan artistik mencoba untuk menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi untuk mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah-langkah atau prosedur supervisi. Oleh karena itu, supervisor yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka supervisorlah yang membuat pemaknaan dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pendekatan artistik dalam supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru dan siswa termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, supervisor juga harus memebrikan pembinaan secara kerkala dan terus menerus.
Saran
Kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya senantiasa melakukan supervisi terhadap guru khususnya dengan menggunakan pendekatan artistik dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran guru ke depannya. Kepala sekolah juga hendaknya mengamati segala aspek yang ada saat proses supervisi berlangsung agar segala fenomena yang terjadi dapat ditangkap. Selain itu, supervisor juga hendaknya memberikan hasil supervisi kepada guru yang bersangkutan agar guru tersebut dapat melakukan evaluasi atau bisa juga melakukan evaluasi bersama.
Guru sebagai pihak yang disupervisi maka hendaknya mempersiapkan segala hal yang sekiranya akan dilihat dan dinilai oleh supervisor meskipun dengan menggunakan pendekatan artistik dimana supervisor sama sekali tidak memiliki bayangan atau pretense mengenai apa yang akan disupervisi. Selain itu, setelah adanya supervisi dan hasil dari supervisi tersebut diberikan kepada guru maka hendaknya guru melakukan evaluasi diri sehingga ke depannya bisa memperbaiki apa saja hal yang masih perlu dibenahi saat proses pembelajaran.
Saran yang penulis berikan kepada pembaca yaitu agar pembaca hendaknya mencari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang penulis susun serta mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan artikel ini.

DAFTAR RUJUKAN
Akbar, R. F. 2015. Model Supervisi Artistik - Religious Humanistik Kepala MTs Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kec. Rawajitu Utara Kab. Mesuji. Jurnal Quality. 3(1). 67-88. (Online). Dari http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/1174, diakses tanggal 10 September 2019.
Hartono, M. 2016. Supervisi dengan Pendekatan Artistik pada Pembelajaran. (Online). Dari https://pgsd.binus.ac.id/2016/12/26/supervisi-dengan-pendekatan-artistik-pada-pembelajaran/), diakses 11 September 2019.
Imron, A. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Musrikah, S. 2016. Pengelolaan Supervisi Artistik Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Selojari Klambu Grobogan. Jurnal Varidika 28(1). (Online). Dari https://onesearch.id/Record/IOS2094.article-2404) diakses tanggal 12 September 2019.
Sergiovanni, T. J. 1991. The Principalship: a Reflective Practice Perpective. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Sunarto, W. 2013. Peningkatan Kulaitas Pembelajaran Guru Melalui Model Supervisi Artistik dengan Strategi Focus Group Discussion (FGD). Jurnal Dinamika. 3(3). 424-431. (Online). Dari http://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/72, diakses tanggal 10 September 2019.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GERAKAN SEKOLAH TANPA BATAS SEBAGAI WADAH PEMBELAJARAN BAGI LANSIA

LAPORAN KAJIAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN: MANAJEMEN PESERTA DIDIK