TEKNIK KELOMPOK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN


TEKNIK KELOMPOK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

Afra Irrene Fredyski
Firman Budi Santoso
Putri Itsna Farah M
Widi Ika Cahyani
Yulia Triana Ratnasari


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No.5 Malang 65145

Abstract: Group supervision technique is a form of interaction that supervisors do with teacher by forming a group to improve communication in realizing a better teaching process. There are various kinds of techniques that supervisors use to make it easier for teacher to improve school programs. Therefore application of this supervision technique can be said to be quite effective but in its application also needs to be considered in relation to the type of teaching of teacher in school.
Keywords: Group technique, supervision, teaching
Abstrak: Teknik supervisi kelompok merupakan suatu bentuk interaksi yang dilakukan supervisor kepada guru-guru dengan membetuk suatu kelompok untuk meningkatkan komunikasi dalam mewujudkan suatu proses pengajaran yang lebih baik. Terdapat berbagai macam teknik yang di lakukan supervisor utntuk memudahkan guru dalam meningkatkan program sekolah. Dengan demikian untuk penerapan teknik supervisi ini dapat dikatakan cukup efektif namun dalam penerapannya juga perlu diperhatikan terkait dengan tipe pengajaran guru yang ada di sekolah.
Kata kunci: Teknik kelompok, supervisi, pengajaran

PENDAHULUAN:
Kepala sekolah sebagai supervisor di bidang pendidikan seharusnya telah menguasai ataupun mempunyai kompetensi yang mumpuni dalam mengelola manajemen sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor perlu memperhatikan substansi maupun proses manajemen sekolah dengan salah satu fokusnya pada manajemen tenaga pendidik. Peran supervisor bukanlah hanya selayaknya seorang pengawas yang senantiasa mengawasi berjalannya proses manajemen. Namun, supervisor perlu mengadakan supervise terhadap kinerja tenaga pendidik guna meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pendidik itu sendiri. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai supervisor dapat memberikan penghargaan maupun bimbingan kepada guru dalam kegiatannya mengelola pembelajaran maupun proses manajerial. Terutama pada kaitannya dengan perkembangan era yang terus meningkat, bimbingan yang intens perlu dilakukan kepala sekolah agar segala kegiatan di sekolah tetap mampu mengimbangi pendidikan di era digital.
Dalam kaitannya dengan supervisi pengajaran, seorang kepala sekolah harus mampu membantu guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran agar nantinya dapat mencapai target pembelajaran yang diharapkan. Tujuan supervisi itu sendiri menurut Prabowo dalam Ratnasari, dkk (2018:13) adalah (1) untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa; (2) membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dalam rangka menghadapi perkembangan zaman; (3) mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat; dan (4) membina guru agar dapat mendidik para siswa dengan menegakkan disiplin kerja secara manusiawi. Oleh karena itu, supervisi pengajaran bukan hanya berhubungan dengan kebutuhan fisik material saja, melainkan untuk menciptakan kondisi belajar yang baik.
Sutomo (2012:99) menjelaskan bahwa “Supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien”. Supervisor harus melakukan supervisi secara kontinu agar perkembangan-perkembangan yang dimunculkan dalam kegiatan tersebut dapat terus meningkat. Dalam melaksanakan hal tersebut, supervisor harus menemukan strategi-strategi dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dan diimplementasikan untuk membina guru dalam kegiatan pembelajaran. Supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau lebih dari satu teknik untuk melaksanakan kegiatan supervisi. Hal ini dimaksudkan untuk mencari teknik mana yang tepat diterapkan dengan keadaan yang ada. Sehingga output yang diharapkan pun juga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam artikel kali ini, penulis akan memaparkan teknik supervisi kelompok yang dapat diterapkan supervisor dalam membina guru-guru yang ada di sekolah bersangkutan. Teknik-teknik yang dipaparkan penulis dapat menjadi referensi supervisor dalam melakukan supervisi pengajaran. Setiap teknik yang dipaparkan memiliki langkah, target, dan dasar yang berbeda. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai supervisor harus dapat menganalisis keadaan sekolahnya terutama tenaga pendidik, dalam menentukan tenik yang tepat digunakan.
PEMBAHASAN:
Konsep Dasar Teknik Kelompok Supervisi Pengajaran
Pelaksanaan supervisi pengajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila terdapat teknik-teknik yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi pengajaran tersebut. Teknik supervisi pengajaran adalah suatu cara atau proses yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dan mempermudah proses pelaksanaan supervisi pengajaran melalui pengawasan, penilaian sehingga proses pelaksanaan supervisi pengajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Dalam usaha untuk meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik supervisi pengajaran sesuai dengan kebutuhan. Di dalam supervisi pengajaran terdapat banyak teknik-teknik supervisi yang digunakan, salah satunya yaitu teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi kelompok yaitu suatu cara dalam melaksanakan program supervisi yang ditujukan kepada dua orang atau lebih.
Menurut Asmani (2012:126) teknik supervisi kelompok adalah suatu cara yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Teknik supervisi kelompok menekankan pada proses interaksi antara guru satu dengan guru lainnya yang terbentuknya dalam suatu kelompok untuk meningkatkan komunikasi satu sama lain. Terdapat bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok, diantaranya yaitu: (1) Mengadakan pertemuan atau rapat dengan dewan guru; (2) Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok di antara dewan guru; (3) Memberikan kesempatan kepada dewan guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidangnya; (4) Membimbing dewan guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran. Gambaran dari proses pelaksanaan teknik supervisi kelompok yaitu disajikanlah suatu materi kepada sekelompok dewan guru yang mengikuti supervisi. Materi yang diberikan diterima bersama, dibahas bersama, dan disimpulkan bersama oleh dewan guru. Proses pelaksanaan teknik supervisi kelompok dilakukan di bawah pimpinan supervisor.
Munculnya teknik supervisi kelompok ini tidak dipicu oleh teknik supervisi individual yang kurang efisien, melainkan lebih disebabkan oleh kebutuhan yaitu kebutuhan membina sejumlah guru yang relatif sama. Teknik supervisi kelompok ini dikatakan efektif, sebab melibatkan sejumlah dewan guru yang saling berbicara dan berdiskusi secara bersama. Pelaksanaan teknik supervisi kelompok ini biasanya menghasilkan sesuatu yang lebih baik, karena dipecahkan dan didiskusikan secara bersama. Namun tidak berarti teknik supervisi kelompok lebih efektif dibandingkan teknik supervisi yang lain. Sebab dalam pelaksanaan supervisi pengajaran, teknik-teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan tipe guru atau masalah yang dihadapi. Dengan kata lain, teknik-teknik supervisi pengajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Teknik-Teknik Kelompok Supervisi Pengajaran
Rapat dewan guru digunakan untuk membahas segala hal terkait dengan penyelenggaraan pendidikan, terutama terkait dengan kegiatan pembelajaran. Rapat ini merupakan forum untuk membahas permasalahan yang menjadi kendala bagi seluruh atau sejumlah guru secara bersama-sama. Rapat dewan guru sendiri merupakan sarana atau wadah komunikasi secara langsung antara kepala sekolah dan semua guru serta antar sesama guru. Maka dari itu, rapat dewan guru dapat dikatakan sebagai salah satu wahana untuk melaksanakan kegiatan pembinaan professional bagi para guru. 
Gunawan dan Benty (2017) menyatakan bahwa tujuan rapat dewan guru secara umum, yaitu: (1) Mengatur dan menghimpun potensi guru yang berbeda tingkat pendidikan, pengalaman, dan kemampuan sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas sekolah; (2) Mendorong guru untuk memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya; (3) Menentukan cara untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran; dan (4) Meningkatkan arus komunikasi dan informasi antar guru, termasuk kepala sekolah. Di dalam rapat guru ini, kepala sekolah mengadakan pertemuan dengan guru-guru untuk membahas permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran.
Asmani (2012) mengemukakan bahwa rapat guru dibagi menjadi bermacam-macam, yakni menurut tingkatnya, menurut waktunya, dan menurut bentuknya. Rapat guru menurut tingkatnya terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) Staff-meeting, ialah rapat guru dalam satu sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru disekolah tersebut; (2) Rapat guru bersama dengan orang tua peserta didik dan peserta didik; (3) Rapat guru sekota, sewilayah, atau serayon, dan sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat. Rapat guru menurut waktunya juga terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) Rapat permulaan dan akhir tahun; (2) Rapat periodik; (3) Rapat-rapat yang bersifat insidental. Rapat guru menurut bentuknya terbagi menjadi lima, yaitu: (1) Individual conference; (2) Diskusi seminar; (3) Simposium; (4) Upgrading selama satu atau beberapa hari seminggu; dan (5) Workshop.

Orientasi Guru Baru
            Orientasi guru baru digunakan untuk memperkenalkan dan memperkaya pengalaman yang dimiliki dengan cara saling bertukar pengalaman. Orientasi guru baru merupakan salah satu pertemuan yang bertujuan khusus untuk mengantarkan guru dalam memasuki dunia kerja yang baru tetapi hal ini tidak berlaku bagi guru-guru baru saja, melainkan dilakukan untuk seluruh guru juga. Selain itu, menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) orientasi guru baru ini juga bertujuan untuk membantu guru baru dalam mendapatkan informasi tentang sekolah terkait. Hari-hari pertama bekerja bagi guru atau staf baru merupakan hari-hari yang menyenangkan sekaligus bercampur dengan rasa canggung karena berada di lingkungan yang baru dimana belum memahami lingkungan kerja di sekolah tersebut. 
Soetopo dan Soemanto (1984) menyatakan bahwa hal yang perlu diorientasikan pada guru-guru, yaitu: (1) Sistem kerja sekolah terkait dan penjelasan mengenai peraturan sekolah yang ada; (2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah; (3) Tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah; dan (4) Pengadaan diskusi kelompok setelah orientasi. Orientasi bagi guru baru sangat bermanfaat bagi guru untuk dapat mengetahui pola kerja dan budaya kerja di lingkungan kerja baru.
Diskusi Panel
Diskusi merupakan proses bertukar pendapat tentang suatu masalah untuk diselesaikan secara bersama. Diskusi dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan guru dalam menyelesaikan permasalahan dengan cara bertukar pikiran antar guru. Asmani (2012) menyatakan bahwa diskusi panel sendiri merupakan dikusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau pendengar. Diskusi ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Kegunaan diskusi dalam pengembangan profesi guru, yaitu: (1) Guru dapat lebih mawas diri; (2) Guru dapat memperoleh pendapat-pendapat dari guru lain. Dengan diskusi ini memungkinkan adanya proses pertukaran pendapat (sharing of experience). Guru saling bertukar pikiran dan pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu sama lain. Diskusi panel ini memiliki tujuan agar guru dapat belajar dari pengalaman guru lainnya dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Diskusi panel digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dimana para panelisnya terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang yang didiskusikan.
Tujuan diskusi panel, yaitu: (1) Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang masalah yang dibahas dari berbagai perspektif atau sudut pandang; dan (2) Untuk menstimulus para partisipan atau pendengar agar memfokuskan perhatian terhadap masalah yang dibahas melalui dinamika kelompok sebagai hasil interaksi dari para panelis. Selain itu, menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) diskusi panel ini juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan para panelis dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul.
Penataran
Gunawan dan Benty (2017) menyatakan bahwa penataran merupakan pemberian pengajaran kepada guru dalam bentuk membimbing, memberikan pendidikan, pelatihan atau kursus, yang bertujuan sebagai tambahan untuk meningkatkan mutu guru (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Penataran merupakan salah satu teknik pembinaan yang sering digunakan dalam supervisi pengajaran maka dari itu kegiatan penataran perlu diikuti dengan usaha tindak lanjut berupa kegiatan pembinaan langsung dengan memberikan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan guru saat proses pembelajaran. 
Kegiatan penataran hendaknya menerapkan prinsip-prinsip, sebagai: (1) Penatar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator; (2) Penatar lebih banyak membuat kegiatan yang inovatif; (3) Penatar dapat menerapkan asas belajar sambil memberikan contoh sehingga guru dapat menerapkan gagasan penataran di sekolah dan memberikan contoh kepada rekan guru lainnya; dan (4) Penatar sebaiknya banyak menggali gagasan peserta penataran untuk dijadikan sebagai titik tolak pengenalan gagasan.
Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas dilakukan agar setiap guru dapat memperoleh pengalaman baru tentang proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan metode pembelajaran dari guru lainnya. Kunjungan antar kelas akan lebih efektif jika disertai dengan adanya kesempatan berdialog tentang hal-hal yang menarik perhatian guru tamu dengan guru yang dikunjungi. Tahapan selama kunjungan antar kelas, yaitu: (1) Mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang dikunjungi; (2) Menyiapkan kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas; dan (3) Melakukan kegiatan pembelajaran bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai pengamat dan jika diperlukan maka dapat memberikan bantuan langsung dalam bentuk tim pengajar.
Seminar
Seminar adalah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan para ahli dalam bidang yang dibahas. Seminar ini di dalamnya membahas suatu permasalahan yang disampaikan oleh pemateri dimana para partisipan diberikan suatu naskah yang digunakan jika partisipan ingin menyanggah masalah yang dibahas oleh pemateri. Kegiatan seminar dapat juga diberi tanya jawab sehingga para partisipan mendapat pengetahuan dari proses tanya jawab tersebut. Setiyano (2005) menegaskan bahwa tugas guru yang dikirim dalam suatu seminar, yaitu: (1) Menyiapkan diri dengan mencari dan memahami hal yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut; (2) Menjadi peserta yang baik dan bertanggung jawab dalam pertemuan; (3) Membuat ringkasan hasil pertemuan; (4) Melaporkan hasil pertemuan kepada supervisior; dan (5) Melaksanakan hasil pertemuan itu di sekolah.
Simposium
Simposium merupakan teknik pembahasan suatu masalah untuk meninjau pokok bahasan yang ditulis oleh beberapa ahli dan dikumpulkan serta diterbitkan sebagai buku yang ditinjau dari berbagai sudut pandang. Simposium merupakan pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama, kumpulan pendapat tersebut dihimpun dan diterbitkan. Melalui kegiatan simposium, guru dapat mengetahui kumpulan konsep yang diajukan oleh beberapa orang atas permintaan suatu panitia (sekolah). Simposium adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarakan pendapat dari para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.
Tujuan simposium menurut Soetopo dan Soemanto (1984) adalah untuk mengorganisir pengertian dan pengetahuan tentang aspek suatu pokok masalah atau untuk membandingkan sudut pandang yang berbeda tentang masalah tersebut. Guru dalam ini megikuti simposium bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah dari para pakar, misalnya dari akademisi. Sehingga guru diharapkan mendapatkan ilmu baru dan mendapat pencerahan serta dapat melakukan inovasi, terkait pembelajaran yang dilaksanakannya. Kepala sekolah yang baik selalu mendorong diri, guru, dan sifatnya untuk mencari dan menerapkan stategi baru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Demonstrasi mengajar (teaching demonstration)
Demonstrasi mengajar merupakan suatu teknik yang bersifat kelompok dimana supervisor memberi penjelasan kepada guru-guru tentang bagaimana cara mengajar yang baik. Disebut perseorangan apabila supervisor menggunakan suatu kelas dan memberikan penjelasan tentang teknik mengajar yang baik bagi seorang guru. Demonstrasi yang baik harus direncanakan dengan teliti dan cermat, memiliki tujuan tertentu, dan memberi kesempatan kepada guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau berbeda. Tujuan dari demonstrasi mengajar adalah untuk menunjukan cara mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif kepada guru. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) menyatakan bahwa demonstrasi mengajar bertujuan untuk membantu guru dalam mengembangkan pengajaran yang efektif.
Bulletin Supervisi
Bulletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan membantu dikeluarkan oleh staf supervisor. Asmani (2012) menyatakan bahwa buletin ini digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar dan mengajar. Kepala sekolah selaku supervisor menerbitkan suatu bentuk tulisan yang digunakan sebagai alat untuk membantu para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Bulletin tersebut berisi tulisan-tulisan dari berbagai penulis dalam berbagai bidang, khususnya membahas tentang permasalahan pendidikan. Bulletin juga dapat berisi informasi mengenai metode-metode mengajar yang baru, atau pernyataan singkat dari kepala sekolah mengenai program sekolah. Penerbitan bulletin dilakukan dengan membentuk dewan redaksi yang bertugas menyeleksi tulisan dan informasi yang akan dimuat dalam bulletin. Tim redaksi yang dimaksud harus berisi anggota yang solid dan professional. Tim redaksi ini aktif mengikuti rapat sekolah, mendokumentasikan, memilih karya guru dan hasil keputusan rapat untuk nantinya dipublikasikan serta harus mampu menangkap pesan utama seperti yang diinginkan pembaca. Kemapuan seperti ini harus terus dipupuk sehingga lama-kelaman kepekaan tim redasi meningkat. Asmani (2012) Bulletin yang diterbitkan oleh supervisor semata-mata untuk memberikan bantuan kepada guru sehingga diharapkan pengetahuan guru dapat senantiasa berkembang. Waktu penerbitan bulletin bisa diterbikan secara mingguan, bulanan, triwulan, caturwulan maupun tahunan. Bulletin ini digunakan guru-guru agar dapat memperluas pengetahuan dimana guru-guru selalu diberi motivasi untuk selalu melakukan perbaikan.
Mengikuti Kursus
Kursus adalah pelajaran tentang suatu pengetahuan dan keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat dimana dapat membantu guru dalam mengembangkan pengalaman profesi mengajarnya. Asmani (2012) menyatakan bahwa guru yang mengikuti kursus diarahkan pada dua hal, yaitu: (1) Sebagai penyegaran dimana para guru sudah mendapatkan pengetahuan tetapi pengetahuan itu sudah lama sekali dimiliki yang bersifat rutin, maka perlu penyegaran; dan (2) Sebagai usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap tertentu. Guru mengikuti kursus yang bersifat penataran sehingga guru memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan yang dapat meningkatkan profesionalisme mereka.
Perjalanan Sekolah untuk Anggota Staf (Field Trip)
Guru mengadakan perjalanan sekolah atau berkunjung ke suatu daerah atau sekolah yang lebih maju dengan tujuan untuk belajar dari sekolah tersebut. Sands dalam Soetopo dan Soemanto (1984) membedakan field trip menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) Excursion dimana merupakan perjalanan sekolah yang dilakukan oleh suatu kelompok dengan tujuan mempelajari sesuatu secara komprehensif dan letak objek perjalanan biasanya relatif dekat dengan sekolah; (2) Study trip merupakan perjalanan sekolah yang khusus untuk mempelajari hal tertentu; dan (3) Tour dimana merupakan kegiatan yang sejenis dengan excursion namun memerlukan waktu yang agak lama karena meliputi banyak daerah yang luas lalu jenis ini digunakan kepala sekolah untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian guru dalam jabatannya. Guru melalui kunjungan tersebut diharapkan dapat mengetahui praktik penyelenggaraan sekolah unggulan dan berupaya untuk mengimplementasikan serta memodifikasi sesuai dengan sekolah guru tersebut mengajar. 
Lesson study
Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara berkelanjutan dengan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun suatu komunitas belajar. Lesson study merupakan program pembelajaran dengan melibatkan tim atau dengan kata lain belajar bersama dari suatu pembelajaran yang dilakukan baik pada saat persiapan hingga pelaksanaan pembelajaran. Lesson study bukanlah metode atau strategi pembelajaran tetapi metode atau strategi pembelajaran tersebut dapat diterapkan dengan melakukan kegiatan lesson study.
Tujuan utama dari lesson study yaitu: (1) Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana peserta didik belajar dan guru mengajar; (2) Memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) Meningkatkan pembelajaran secara sistematis; dan (4) Membangun sebuah pengetahuan pendagogis dimana seorang guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya. Sedangkan manfaat dari lesson study, yaitu: (1) Merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar peserta didik; dan (2) Mempercepat pematangan pendewasaan bagi guru pemula.
Guru dalam melakukan pembelajaran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu guru bertindak sebagai guru model dan guru bertindak sebagai observer. Lesson study dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: (1) Plan yaitu melakukan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan; (2) Do yaitu melaksanakan pembelajaran yang mengacu  pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati; dan (3) See yaitu melakukan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama observer pasca presentasi mengajar.
Kepanitiaan
Kepanitian adalah mengikutsertakan guru sebagai panitia kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah (Bafadal, 2013). Guru dengan intens ikut serta dalam kepanitiaan dimana diharapkan dapat meningkatkan wawasannya dan mengembangkan keterampilan dalam bekerja sama dengan orang lain atau dalam kelompok (teamwork). Dengan ikut terlibat dalam kepanitiaan juga dapat mengembangkan sikap, menerima, menghargai pendapat dan karya orang lain, dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diembannya. Hariwung (1989) menyatakan bahwa panitia adalah suatu kelompok besar atau kecil yang bertugas memecahkan masalah atau suatu tugas khusus dengan anggota-anggota yang sudah ditunjuk atau dipilih. Peran kepanitiaan dalam teknik supervise kelompok ini tergantung pada sikap supervisor dalam membimbing dan menciptakan kondisi agar fungsi-fungsi dan tujuan supervisi dapat berjalan sesuai dengan yang sudah ditentukan dimana tujuan kepanitiaan ini sendiri yaitu untuk mendorong keberanian dan menciptakan kesempatan kepada individu untuk memperoleh pengalaman profesional di dalam pengalaman kerja sama kelompok untuk memecahkan permasalahan khusus dan tugas-tugas secara kreatif dan efektif.
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kelompok Supervisi Pengajaran
Pada dasarnya pelaksanaan teknik-teknik supervisi pengajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Kelebihan teknik supervisi kelompok yaitu: (1) Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk dijadikan perbaikan, serta memberikan saran sesuai dengan kebutuhan; (2) Bantuan yang dilakukan supervisor diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan; (3) Dapat mengambil hal-hal yang baik untuk dijadikan contoh dan hal-hal yang kurang baik dapat didiskusikan kembali; (4) Dapat memberikan bimbingan secara aktual. Sedangkan teknik supervisi kelompok juga memiliki kekurangan, yaitu sebagai berikut: (1) Biaya yang diperlukan tidak sedikit; (2) Perlu menentukan dan menyediakan waktu yang tepat.

Kesimpulan
Teknik supervisi pengajaran adalah suatu cara atau proses yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dan mempermudah proses pelaksanaan supervisi pengajaran melalui pengawasan, penilaian sehingga proses pelaksanaan supervisi pengajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Menurut Asmani (2012:126) teknik supervisi kelompok adalah suatu cara yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Teknik supervisi kelompok menekankan pada proses interaksi antara guru satu dengan guru lainnya yang terbentuknya dalam suatu kelompok untuk meningkatkan komunikasi satu sama lain.
Terdapat bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok, diantaranya yaitu (1) mengadakan pertemuan atau rapat dengan dewan guru, (2) orientasi guru baru, (3) diskusi panel,
(4) penataran
, (5) kunjungan antar kelas, (6) seminar, (7) symposium, (8) demonstrasi mengajar, (9) bulletin supervise, (10) kursus, (11) guru mengadakan perjalanan sekolah, (12) lesson study, serta (12) kepanitiaan. Teknik-teknik berikut dapat diterapkan oleh supervisor dalam melaksanakan kegiatan supervisinya. Hal ini tentunya digunakan untuk mempersiapkan guru dalam mengoptimalkan pembelajaran baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik guru dalam penerapan pembelajaran.
Saran
Pelaksanaan supervisi sebaiknya dilaksanakan secara professional, artinya supervisor dalam melaksanakan kegiatan supervise terutama dengan menggunakan teknik kelompok sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya. Supervisor hendaknya menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang disupervisi agar tercipta hubungan kerjasama yang saling menunjang satu sama lain, terutama teknik kelompok melibatkan tidak hanya satu guru saja yang di supervisi. Dengan demikian komunikasi dan kolaborasi supervisor dengan keseluruhan kelompok guru harus terjaga dengan baik. Selain itu supervisor sebaiknya tidak hanya mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan dapat membina dan membantu mengatasi masalah guru agar paradigma guru yang menganggap supervisi sebagai suatu hal yang ditakuti oleh para guru dapat diubah.
Daftar Rujukan
Asmani, J. M.  2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Yogyakarya: DIVA press.
Bafadal, I. 2013. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Rangka Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Gunawan, I. dan Benty, D. D. N. 2017. Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik. Bandung: Alfabeta.
Hariwung, A. J. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Ratnasari, D., Roesmintoyo, dan Winarno. 2018. Implementasi Teknik Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Pendidik di Sekolah Dasar Untuk Menghadapi Era Digital. Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan. 3(1). 12-15
Soetopo, H. A. T. dan Soemanto, W. 1984. Kepemimpinan Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 
Sutomo. 2012. Manajemen sekolah. Semarang: Unnes Press.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN ARTISTIK DALAM SUPERVISI PENGAJARAN

GERAKAN SEKOLAH TANPA BATAS SEBAGAI WADAH PEMBELAJARAN BAGI LANSIA

LAPORAN KAJIAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN: MANAJEMEN PESERTA DIDIK